Pertemuan Evaluasi Pencatatan Pelaporan Hasil Kegiatan dan Intervensi Melalui Surveilans Gizi di Puskesmas Se Kabupaten Banyuasin Tahun 2020.

 

Acara dibuka resmi oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin Dr. dr. Hj. Rini Pratiwi, M.Kes dalam rangka Pertemuan Evaluasi Pencatatan Pelaporan Hasil Kegiatan dan Intervensi Melalui Surveilans Gizi di Puskesmas Se Kabupaten Banyuasin Tahun 2020. Hotel Beston Palembang, 03/12/2020.

Narsum Kegiatan :

  • Dr. dr. Hj. Rini Pratiwi, M.Kes.
  • dr. Hemalia Herlina
  • Rini Oktarina, SKM., MKM.
  • Meti Carina, SKM, M.Kes.

 

Laporan Ketua Panitia/PPTK Wardiyah, SKM., M.Kes. Peserta yang mengikuti pertemuan ini terdiri dari 33 pengelola gizi Puskesmas dan 9 kapus lokus stunting, lintas program dan lintas sektor terkait total berjumlah 52 orang.

Tujuan pertemuan adalah

  • Meningkatkan kapasitas petugas gizi dalam membuat dan mengevaluasi pencatatan pelaporan EPPGBM di Puskesmas.
  • Puskemas terutama lokus stunting mampu menyusun intervensi gizi yang tepat sesuai dengan analisa masalah gizi di wilayahnya dengan melibatkan sektor di luar kesehatan.

Tindak lanjut kegiatan ini adalah :

  • Terus meningkatkan capaian entri EPPGM untuk mendukung kegiatan Diseminasi Data Stunting 2021.
  • Melibatkan peran desa dan lintas sektor lainnya di luar kesehatan untuk mendukung upaya intervensi penurunan stunting hingga ke desa.

Baiklah Kawan. Mari kita berbicara melalui hati untuk memahami makna Stunting dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Stunting masih menjadi hantu yang menyeramkan bagi negeri ini. Mungkin, tak banyak orang tahu bahwa pengaruh Stunting berimbas pada perekonomian dan ketahanan negara. Bagaimana Bisa?

Cobalah kita lihat melalui generasi yang terlahir. Sebuah negara bisa dikatakan kuat bukan hanya melalui pendapatan negara yang tinggi, wilayah yang luas ataupun sumber daya alam yang melimpah. Namun juga berkaitan dengan sumber daya manusianya (SDM). Jika SDM yang dimiliki suatu negara berkualitas, maka ia akan memiliki produktivitas tinggi dengan kontribusi terhadap perekonomian yang tinggi pula.

Namun, bagaimana jika SDM (generasi penerus bangsa) yang dihasilkan lemah karena permasalahan kesehatan, Stunting misalnya. Tentu, itu akan berpengaruh pada lemahnya produktivitas negara. Mengapa bisa? Ini berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh Stunting pada anak.

Anak yang menderita Stunting, cenderung memiliki pertumbuhan fisik dan mental yang lambat. Kelambatan dalam perkembangan memicu terjadinya risiko penyakit kronis yang diderita. Tak hanya itu, anak penderita Stunting juga memiliki kelambatan dalam berpikir dibanding mereka yang normal. Nah, hal tersebutlah yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya produktivitas.

Indonesia gawat Stunting. Ya, pada beberapa artikel menyatakan bahwa banyak terjadi kasus kekerdilan pada anak di negeri ini. Bahkan WHO menginformasikan kalau Indonesia berada diurutan ke-5. Mengapa itu bisa terjadi?

Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya Stunting adalah karena gizi buruk. Mirisnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami gizi buruk. Terutama di wilayah terpencil dengan fasilitas yang masih minim.

Mari mengenali ciri-ciri Stunting sehingga kita bisa menghindarinya untuk menciptakan generasi masa depan yang hebat. Berikut merupakan ciri-ciri terjadinya Stunting pada anak.

Ketahuilah. Pemenuhan nutrisi selama kehamilan itu begitu penting. Terutama dalam kurun waktu yang disebut 1000 HPK. Hmm sudah tahukah kalian mengenai 1000 HPK? jika belum, mari kita belajar bersama.
Pada beberapa bulan yang lalu, saya dan beberapa blogger sempat diundang ke satu acara yang diadakan oleh  sebuah organisasi kesehatan. Acara tersebut mengajak para blogger, baik yang telah menikah maupun yang masih single untuk memahami arti penting 1000 HPK.

 

Nah, yang dimaksud dengan 1000 HPK ialah 1000 hari pertama kehidupan anak. Dihitung mulai dari janin yang masih berada dalam kandungan (9 bulan 10 hari = 280 hari) dan sampai anak tersebut berusia 2 tahun (720 hari), diasumsikan 1 bulan sama dengan 30 hari.

 

Pada periode perkembangan bayi tersebut, beberapa ahli menyebut sebagai “Periode emas”. Dalam periode emas, pertumbuhan bayi sangat ditentukan oleh nutrisi dan asupan yang dimakan oleh sang ibu. Jika sang ibu memberi nutrisi yang tepat dan sehat, maka bayi yang dikandungnya akan sehat dan memiliki pertumbuhan yang cukup baik.
Seribu hari pertama kehidupan anak dimulai sejak ia berada di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Masa ini adalah periode penting. Sebab, perkembangan otak dan fisik akan ditentukan pada periode ini. Asupan gizi memegang peranan penting pada 1000 hari pertama kehidupan. Bila asupan gizinya sampai kurang, anak akan sangat mungkin mengalami gangguan tumbuh kembang, terlambat bicara dan berjalan serta mengalami stunting (Kekerdilan).
Stunting tidak hanya berkaitan dengan lambatnya pertumbuhan fisik anak, namun juga berpengaruh kepada tidak maksimalnya perkembangan otak, hal tersebut kemudian mempengaruhi kemampuan belajar dan mental. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan punya riwayat kesehatan yang kurang baik karena daya tahan tubuhnya juga lemah. Dan yang mengerikan adalah kondisi stunting bisa menurun (degenerative) ke generasi berikutnya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*